Parappe, 20 Januari 2025 – Delegasi dari Pondok Pesantren Zubdatul Asrar NU tampil dan mengikuti kegiatan Bahtsul Masail yang diadakan oleh Dewan Eksekutif Mahasantri (DEMA) Ma'had Aly Latifiyah, empat santri dari Zubdatul Asrar di utus menjadi salah satu delegasi dalam acara ini . Acara ini merupakan Bahtsul Masail kedua yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Salafiyah Parappe, Sulawesi Barat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ma'had Aly dan pondok pesantren se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar), menjadikannya forum penting untuk mempererat ukhuwah antar pondok serta mengasah kemampuan intelektual para santri.
Acara yang berlangsung selama dua hari ini membahas empat permasalahan fiqih yang relevan dengan kehidupan masyarakat kontemporer, yakni:
1. LPJ yang Tidak Sesuai Kenyataan – Membahas aspek hukum Islam terkait kejujuran dan tanggung jawab dalam laporan pertanggungjawaban.
2. Taubatnya Selebgram – Diskusi mengenai dosa Jariah dari taubatnya selebgram yang masih menyisahkan foto fulgar di media.
3. Menggantungkan Nasib pada Nama – Kajian tentang hukum menggantungkan harapan keberuntungan pada nama atau simbol tertentu.
4. Niyat dalam melksanakan sholat sunnah taraweh yang wktunya belum masuk 1 Ramadh
Delegasi Zubdatul Asrar mampu menguasai forum dengan argumentasi yang kuat dan rujukan yang tepat dari berbagai kitab kuning. Sikap lugas dan penguasaan materi yang mendalam membuat mereka menjadi pusat perhatian selama diskusi berlangsung.
Dalam sambutannya, Ketua Pengurus Harian Pondok Pesantren Salafiyah Parappe, Ustadz Yanto Wijaya, menyampaikan harapan besar terhadap kegiatan ini. “Kami berharap kegiatan semacam ini bisa juga diadakan di berbagai pondok pesantren sebagai bagian dari pengembangan intelektual dan penguatan tradisi ilmiah di lingkungan pesantren. Bahtsul Masail seperti ini sangat penting untuk melatih santri agar mampu menjawab pelbagai persoalan fiqih yang muncul di tengah masyarakat,” ujarnya.
Salah satu delegasi Zubdatul Asrar, Ahmad Al Ghazali, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan ini. “Acara ini sangat membangkitkan semangat kami untuk lebih mendalami teks-teks klasik. Kami merasa tantangan ini adalah langkah penting dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning dan menerapkannya dalam konteks masa kini,” ujarnya.
Kegiatan Bahtsul Masail ini tidak hanya menjadi ajang pengembangan intelektual, tetapi juga mempererat ukhuwah antarpondok pesantren. Diharapkan, melalui forum-forum seperti ini, generasi muda pesantren semakin mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpegang pada nilai-nilai syariat Islam. Pondok Pesantren Zubdatul Asrar NU berkomitmen untuk terus mengirimkan santri-santrinya dalam pelbagai kegiatan ilmiah sebagai bagian dari upaya mencetak generasi ulama yang mumpuni.
by : khairul Anwar
editor : ibn iye'